Kisah penjual koran

🗞

                               *PENJUAL*
                                 *KORAN*




Di pagi itu penjual koran berteduh di emperan toko.

Sejak subuh hujan turun cukup deras, yang membuatnya tidak bisa menjajakan korannya.

Terbayang di benakku, tidak ada satu rupiah pun uang yang akan ia peroleh kalau hari terus hujan.

Namun, kegalauan yang kurasakan ternyata tidak tampak sedikit pun
di wajah penjual koran itu.

Hujan masih terus turun.

Si penjual koran pun tetap duduk di emperan toko sambil tangannya memegang sesuatu. Tampaknya seperti sebuah buku. Kuperhatikan dari kejauhan, lembar demi lembar ia baca. Awalnya aku tidak tahu apa yang sedang ia baca.

Namun saat kudekati, ternyata Al Qur'an yang dibacanya.

Kudekati dan kusapanya...

+  "Assalamu 'alaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh...",
-  “Waalaikum salam Warahmatullahi Wabarahkaatuh ...!!! ".

+  “Bagaimana jualan korannya, Mas .... ? ",
-  “Alhamdulillah, sudah satu yang terjual".

+  “HoOh…susah juga ya kalau hujan begini...? " ,
-  “Insya Allah, tetap ada rezeki-Nya”.

+  “Terus, kalau hujannya sampai sore? ".
-  “Itu artinya rezeki saya bukan jualan koran, tetapi banyak ber"Do'a"

+  “Kenapa ? ”,
-  “Karena Rasulullah bersabda,
"Saat hujan adalah saat mustajab untuk berdo'a."
Punya kesempatan berdo'a , juga adalah rezeki-Nya”.

+  “Lantas, kalau tidak dapat uang?”.
-  "Berarti, rezeki saya adalah ber"Sabar"...!!! ".

+  "Kalau tidak ada yang dimakan?" ...
-  “Berarti rezeki saya ber"Puasa"..!!! ".

+  “Kenapa Mas, bisa berpikir seperti itu? ”.
-  “Sebab Allah Subhanahu Wa Ta'ala yang memberi rezeki,
Dan apa saja rezeki yang diberikan-Nya, saya akan selalu mensyukuri nikmat-Nya,

Selama jualan koran...
Meskipun tidak laku...
Dan sekalipun harus puasa, tapi saya belum pernah kelaparan, katanya dengan mantap dan ikhlas menutup pembicaraan dengan sangat santun dan rendah hati."


_Subhanallah…_

Hujan pun reda ...
Si penjual koran bersiap-siap untuk berjualan. Ia pamit sambil memasukkan Al-Qur'an ke dalam tas gendongnya.

_Hingga membuatku termenung sejenak…_

Tanpa, kusadari kacamataku menjadi gelap karena kucuran tetesan air mata tangisku,

Aku trenyuh terhadap diri sendiri setelah menyimak kalimat tausiah yang diucapkan si penjual koran,

"Ya Allah, begitu besar imannya kepada-Mu..."

Ada penyesalan di dalam hati...

Kenapa kalau hujan kita masih resah-gelisah...

Khawatir tidak dapat uang...
Khawatir rumah terendam banjir...
Khawatir tidak dapat hadir di undangan...
Khawatir akan penyakit yang berada dalam tubuh...
Khawatir akan masa depan anak...
Khawatir akan masalah...
Khawatir tidak dapat pembeli/pelanggan/klien...

_Dan begitu banyak kekhawatiran lainnya..._

Kembali kini baru kusadari, rezeki-Nya bukan semata hanya uang,

Bisa bersabar, berpuasa, berdo'a, beribadah, keshalehan, kepedulian sosial, dan kebersamaan dengan orang-orang yang kita kasihi, serta sayangi adalah juga merupakan rezeki dari Allah SWT.

Rezeki hidayah dan bisa bersyukur adalah jauh lebih bermakna daripada pekerjaan dan uang,

_Melebihi dari apapun juga..._

0 Response to "Kisah penjual koran"

Posting Komentar

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel