Filosofi Tumpeng Nasi Kuning

 

Nasi tumpeng sering disajikan dalam acara acara syukuran yang ada di Indonesia khususnya masyarakat Jawa. Lebih dari itu nasi tumpeng memiliki makna filosofis tersendiri. Nasi tumpeng merupakan representasi hubungan antara manusia dengan Tuhan serta manusia dengan sesama manusia. Nasi tumpeng ini yang kemudian menjadi representasi dari puncak gunung atau konsep ketuhanan. Itulah makna dari bentuk nasi tumpeng yang mengerucut serta menjelang tinggi ke atas atau vertikal. 

Selain itu filosofi yang lainnya bahwa peletakan isian nasi tumpeng diletakkan secara horizontal ini melambangkan hubungan antara manusia dengan sesamanya sementara keragaman lauk-pauk menjadikan lambang kehidupan yang kompleks. Di dalam konsep Jawa dikenal ada ungkapan Sangkan paraning dumadi atau artinya tahu dari mana dan akan kemana segala makhluk kemudian ada kata mulih ing mulanira artinya kembali ke asalnya. Maksud dari 2 kata tersebut bahwa wa a agar kembali kepada Tuhan atau kaitanya dengan konsep surga dan neraka manusia harus berbuat baik dan berhati-hati dalam hidup di dunia yang sangat kompleks yang seperti lambang dari lauk pauk nasi tumpeng yang terdapat berbagai macam.

1 Response to "Filosofi Tumpeng Nasi Kuning"

  1. Saya baru tahu dong nasi tumpeng ada filosofinya, meskipun memang udah berpikir demikian, karena heran aja gitu, setiap ada perayaan si nasi tumpeng ini selalu hadir.
    Pasti ada sesuatunya kan kalau selalu menemani di saat penting :)

    BalasHapus

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel